...

Binance Jadi Kambing Hitam? Ini Fakta di Balik Anjloknya Pasar Kripto!

Penurunan tajam pasar kripto pada Jumat lalu mengguncang seluruh ekosistem. Di tengah spekulasi tentang penyebabnya—mulai dari faktor makroekonomi hingga teknikal—muncul teori yang jauh lebih menarik: dugaan adanya serangan terkoordinasi yang menargetkan Binance, crypto exchange terbesar di dunia.

Serangan Terencana Terhadap Binance?

Dalam sebuah blog yang dibagikan oleh WuBlockchain pada Minggu, seorang penulis dengan nama pena Forgiven memaparkan dugaan bahwa kejatuhan pasar sebelumnya merupakan hasil dari “serangan yang telah direncanakan” yang menyasari sistem Binance.

“Saya berspekulasi bahwa kejatuhan pasar pada 11 Oktober adalah serangan yang disengaja yang menargetkan Binance dan salah satu pembuat pasar utamanya. Titik lemah terletak pada Unified Account Margin System milik Binance,” jelasnya.

Berbeda dari sistem margin standar yang menggunakan aset dengan patokan kuat seperti USDT, Binance memperbolehkan penggunaan turunan aset Proof-of-Stakedan yield-bearing stablecoin seperti USDE, wBETH, dan BnSOL sebagai jaminan.

Ketika harga pasar tiba-tiba merosot, ketiga aset ini justru mengalami depegging ekstrem—USDE turun ke US$0,65, wBETH ke US$0,20, dan BnSOL ke US$0,13 yang menyebabkan gelombang liquidation berantai di seluruh posisi futures Binance.

Kondisi ini semakin parah karena harga likuidasi ditentukan dari spot order book internal, bukan data oracle dengan patokan tetap. Akibatnya, nilai margin jatuh drastis, bahkan portofolio yang sebelumnya di-hedge pun tak mampu menahan dampaknya.

Beberapa market-maker besar pun terpaksa menutup posisi dan juga menjual aset margin mereka secara bersamaan, sehingga tekanan jual di bursa kripto semakin dalam.

Sistem yang Rentan, Timing yang Tepat

Menariknya, kejadian ini bertepatan dengan jeda antara pengumuman Binance mengenai penyesuaian harga oracledan jadwal implementasiMenurutnya, celah waktu dan sistem inilah yang dimanfaatkan para pelaku untuk melancarkan serangan.

“Pilihan agunan margin dan desain harga likuidasi telah menjadi titik kunci yang diuji oleh peristiwa pasar ini. Inovasi produk keuangan membutuhkan kehati-hatian lebih, dan bursa masih memiliki banyak hal yang perlu diperbaiki dalam sistem manajemen risikonya,” jelasnya.

Selain likuidasi, program imbal hasil 12 persen milik Binance untuk pemegang USDE ternyata memperparah situasi. Skema ini mendorong pengguna untuk melakukan pinjaman berulangmelalui Bn lending, yang menciptakan tekanan tambahan pada sistem margin ketika pasar mulai bergejolak.

Saat harga mulai turun, struktur pinjaman berlapis ini berubah menjadi bom waktu. Efek domino pun tak terhindarkan—nilai jaminan menyusut, posisi dilikuidasi, dan tekanan jual semakin besar. Akibatnya, harga USDE di Binance merosot jauh di bawah harga bursa lain, meskipun proses penukaran aset di blockchain berjalan normal.

Ketika Gejolak Pasar Kripto Dianggap Sebagai Peluang

Meski suasana pasar tampak tegang, beberapa analis justru melihat sisi positif dari gejolak ini. Tom Lee, Chairman dari perusahaan DAT Ethereum BitMine, dalam wawancaranya dengan CNBC pada Sabtu lalu menyebut penurunan ini sebagai “koreksi yang sehat”.

“Sejak titik terendah April, pasar telah naik 36 persen. Penurunan kali ini memang tajam, tapi termasuk salah satu dari 1 persen pergerakan ekstrem sepanjang sejarah. Ini adalah refleksi dari kepanikan pasar, bukan perubahan fundamental,” jelasnya.

Pandangan serupa juga diungkapkan oleh Simon Dedic, Founder dan Managing Partner di Moonrock Capital. Ia menilai bahwa kejatuhan pasar kripto kali ini berbeda, kemungkinan besar bersifat sistematis terhadap Binance, namun menyimpan potensi jangka panjang.

Pasar Kripto Berdarah! Total Likuidasi Tembus US$19 Miliar

Tinggalkan Balasan